Langsung ke konten utama

Open Mould Technology and Self Standing Firing

di M Class Industry 2015 -  2017
mencatat perkembangan baru untuk produksi clay roofing tiles di Indonesia.
Perkembangan baru karena selama ini hanya memakai technology dari Jepang dengan "closed mould" system dengan "self standing firing".



Dengan technology "open mould" system cara Europa tau Itali tepatnya sudah lama dipakai dan diterapkan untuk produksi genteng di Europa, Asia, Malaysia dan Indonesia, tetapi dengan pembakaran system tidur atau memakai ceramic cassette baik itu individual cassette/setter maupun secara bersamaan dengan "H-cassette atau U-cassette".
New forming line di M Class Industry, memakai technology open mould system dan self standing firing.
Bekerja sama dengan Bedeschi SpA, FB-Engineering, CAMI , MAD Automazione serta Marchelluzo Impianti, M Class Industry memulai perundingan, penentuan pengadaan mesin, pemasangan hingga testing produksi untuk New M-Type dan Flatt-Type dan semua dibakar dengan system Self Standing Firing.
Technology ini baru bagi M Class dan pertama kali di Indonesia.
Mesin2 yang di pakai adalah :
BEDESCHI SpA untuk mesin2 Vertical Mixer dan Extruder

FB-Engineering mensuply mesin2 cutting, distributing hingga triple mould presses. Karena persyaratan self standing firing , untuk mesin press khusus dilengkapi dengan vaccum head dengan pisau cutter di masing unitnya, supaya didapatka permukaan yang rata untuk self standing di kiln car.


Marcheluzzo, mensupply belt conveyor system untuk line forming baru.
Sedangkan MAD Automazion membuat software automatic system keseluruhan.
CAMI, membuat dan supply CAMI chain rat dan gripper after press.


Hasil produksi pertama dari type-M bisa di lihat di dalam photo2 berikutnya :



Improovement pada type-M yang baru ada pada tonjolan tali air lebih tinggi sehingga memperbaiki tampias sewaktu hujan, serta adanya back pattern untuk mengurangi berat genteng dan lebih ringan tanpa harus mengurangi kwalitas.
Dengan segala kekurangan dan kelebihan memakai technology open mould dari Italy, tetap menjadikan produk M Class lebih unggul.










Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cacat Glazur pada Genteng Keramik Berglazur

Crawling , adalah cacat glazur pada permukaan body setelah pembakaran dimana sebagian glazur terkelupas dan terpisah dari body keramik. Ini bisa terjadi di permukaan kecil namun bisa juga terjadi di area permukaan yang luas  tergantung kasus nya. Penyebab crawling adalah terpisahnya glazur dengan body setelah pembakaran, hal ini disebabkan a.l. permukaan body yang berdebu, atau terkena kontaminasi minyak. Namun crawling bisa juga di sebabkan karena : - aplikasi glazur terlalu tebal - pengeringan aplikasi glazur yang terlalu cepat. - aplikasi glazur kedua terlalu basah dan tidak bisa menyatu dengan lapisan glazur pertama yang      sudah kering. - terlalu banyak material opacifier pada formula glazur dipakai. - kurang perekat/cmc pada formula glazur yang dipakai - body biscuit yang di glazur terlalu halus/licin. Solution mengurangi/menghilangkan crawling dengan memperhatikan point2 penyebab diatas dan aplikasi glazur dikurangi jangan terlalu tebal Crazing, merupakan
BLACK CORE Black core biasanya terjadi dalam pembakaran yang suasananya reduksi., atau dalam keadaan pembakaran yang kurang oksigen pada suhu 700 - 900 C ( Pre heating zone ). Kalau carbon yang ada didalam tanah liat gagal teroksidasi dalam proses pembakaran awal di zona pre heating, Reaksi yang terjadi Fe2O3 + C ............> CO2 + FeO FeO ini merupakan flux yang tertinggal di body clay yang di bakar dan meninggalkan warna hitam di tengah2 body keramik dan bahkan terlihat sampai permukaan. Semakin besa kandungan besi didalam tanah liat, semakin besar resiko terjadinya blackcore apalagi kalau suasana pembakaran kurang oksigen/reduksi. Factor2 yang bisa mempengaruhi terjadinya black core adalah a.l :                                                                 1. kandungan besi didalam tanah liat                                   2. kepadatan body clay keramik sewaktu di bentuk                                   3. sirkulasi udara selama pembakaran (oksidasi/reduksi